Sabtu, 28 Oktober 2017

Lagi-lagi Rindu.



Untuk rindu yang datang padaku untuk kesekian kalinya. 
Menyelinap disetiap sepiku tanpa kamu. 
Mengendap dipusat bawah sadar pikiranku. 
Hingga mengacaukan hidupku. 
Akibat pikiran dan hati ini tak lagi menyatu. 
Merindukanmu. Seperti rutinitas keseharian. 
Entah apa. Namun iya. 
Seperti aktivitas yang wajib harus kujalani. 
Selalu rindu, rindu dan tetap rindu. 
Haruskah lagi ? 
Rinduku tak henti berkutat tentang kamu. 
Wajahmu, sosokmu, tingkahmu. Segalanya. 
Bukan lelah ataupun bosan. 
Hanya saja. 
Bisakah kau tak membuatku gila akan rindu ini ? 
Sanubari yang bergejolak. 
Hati menjadi dilema. 
Karena rindu menjadi bayang-bayangnya. 
Sudahlah. Jangan buat aku merindu lagi. 
Lain kali saja. 

Puisi singkat dari aku, sang pemilik rindu. 

Resty Fajar Agustin

Kamis, 26 Oktober 2017

Seberapa pantas ?

Aku berfikir apa yang mungkin terfikirkan juga oleh kamu. 
Terkadang kita bertengkar begitu hebat, 
Namun sekejab kita bahkan kembali tenang dan dekat kembali. 
Merasakan kenyamanan yang sejenak sempat menghilang. 
Maaf. 
Aku membuatmu lelah. 
Agar kulihat, setangguh apakah kamu menyikapi aku. 
Sesabar apakah kamu menitahku untuk menjadi lebih dewasa. 
Jangan lelah denganku. 
Sebab, hasil tidak akan menghianati usahanya. 
Untuk mengetahui seberapa pantasnya aku dan kamu tetap menjadi kita. 
Teman. 
Setidaknya kata itulah yang hanya bisa aku gambarkan untuk kita saat ini. 
Apabila menurutmu aku salah. Tegurlah.
Marahlah semarah yang kamu ingin luapkan kepadaku. 
Ingatkan aku sekali lagi. 
Aku pun disini berusaha menjadi yang terbaik. 
Untuk kamu, untuk aku sendiri. 
Dan jangan bosan. 
Jangan meninggalkan hariku dengan kesalahan yang tidak aku pahami. 
Aku butuh kamu untuk aku terus belajar. 
Tapi, jika kamu tak sanggup bertahan. 
Aku tidak akan memaksamu agar tetap disampingku. 
Jikapun suatu saat kamu jenuh dengan adanya aku. 
Tak mengapa. 
Bukankah setiap orang memiliki titik lelahnya masing-masing. 
Tinggalkan saja aku sendiri. 
Meski begitu, aku tidak akan beranjak dari tempat kau meninggalkanku. 
Karena bila nanti kau kembali, kau takkan sendiri. 
Sebab aku akan kau lihat dari jauh pandanganmu membutuhkanku. 
Percayalah.
Resty Fajar Agustin

Minggu, 22 Oktober 2017

Ikuti Kata Hatimu

Tanya dari aku, untuk kamu, yang selalu aku pertanyakan.
Apa artinya bersama dan menjalin hubungan, jika hanya tidak ingin sendiri.
Salah yang selalu menghukum waktu ketika datang tidak tepat.
Sejujurnya, kamu lah yang tidak menghargai hadirnya. 

Keegoisan hati untuk memilih, merubah rasa untuk membenci.
Sekiranya, jika tidak bisa memberi warna. Jangan pernah merubah warna aslinya.
Dan jangan pernah hadir, jika hanya berniat pergi.

Tidak. Tidak lagi menutup diri.
Sekarang ku biarkan hatiku berserakan.
Seperti keadaan pertama yang kau hancurkan. Berantakan.
Aku berhenti menghawatirkan apa yang bisa berjalan dengan keliru.
Dan memulai berpikir positif tentang apa yang bisa berjalan dengan lancar.

Pesan dari aku, untuk aku, dari yang telah aku pertanyakan.
Sehebat apapun rasa. Sepandai apapun kata.
Jika tuhan bilang tidak, aku bisa apa?
Aku tak bisa memaksa orang untuk menyayangiku,
hingga menjadi milikku.

Karena hidup adalah proses.
Bukankah ketika menunggu pasti ada yang datang?
Hingga ketika sudah datang pasti ada yang pergi.

Teruntuk kamu.
Orang yang tak pernah melihatku dalam tatap.
Tak pernah peka rasa dalam hati.
Namun selalu mengacuhkan dengan sikap.
Ku sematkan puisi terakhir ku dalam ingatan mu.
Puisi tentang keberhasilan melupakan.
Anggap ini adalah kenangan terindah, dari kisah yang begitu mengiris.

Semoga ada yang tepat untuk membantu menyembuhkan.
Kini, Benteng hatiku sedikit lebih tinggi bagi yang mau melompati.
Sebab berjuang tak pernah memikirkan berhasil.

Sekali lagi.
Ikuti kata hatimu.
Tapi, bawa otakmu bersamamu.
Seperti aku.
Kemanapun aku pergi.
Aku akan membawa hatiku.
Bersamaku.

Tentang aku, manusia egois dalam rasa.

Resty Fajar Agustin

Aku Puisi

Aku seperti sajak puisi dalam kesendirian.
Disaat yang aku kagum tak pernah mengerti isyarat hati,
Tak paham bahasa rasa.
Meski aku senandungkan setiap baitnya.
Hati terasa sulit untuk bernafas.
syair-syair rasaku seperti angin berlalu.
Membalut setiap rindu dalam rasa yang sendu.
Kini tak lagi berharga, bagaimana bermakna?
Kesimpulannya, Namamu tak pernah kalah untuk memenangkan hati.
Wajahmu tak pernah hilang dari pejaman mata.
Hadirmu yang aku rindu tanpa henti.
Ku ukir manis, hingga tak tega untuk merubahnya.
Seribu pelangi, sekalipun.
Resty Fajar Agustin

Rabu, 11 Oktober 2017

Denganmu, aku terluka.

Ku buat diriku lupa.
Sengaja ku buat diriku tidak mengingat apapun.
Aku sama sekali tidak ingin mengingatmu.
Mengingat segalanya.
Mengingat pertemuan kita, kisah kita.
Bahkan, mengingat aku pernah mencintaimu saja tidak akan ku lakukan.
Sebab, setiapkali aku mengingat itu semua.
Rasa benci ini semakin besar adanya.

Menatapmu kini hanyalah luka untukku.
Kepedihan yang mendalam.
Merobek lapisan demi lapisan hati yang telah ku jahit rapi.
Rasa dan perasaan yang tidak mudah ku dapatkan.
Seakan tersayat dengan cepatnya.
Berubah menjadi kepingan-kepingan yang rapuh.
Hancur dan begitu jatuh.

Sebuah rasa terburuk.
Patah hati.
Tak dapat aku pastikan bahwa kepercayaan ini masih ada.
Harga sebuah kepercayaan.
Tidak akan kembali.
Terlebih lagi ketika kamu telah merubahnya.
Melalui luka yang kau buat, sangat sempurna.
Disaat itulah,
Kamu benar-benar tidak lagi berarti untuk aku.
Untuk hidupku. Itu sama sekali tidak !

Hebat !
Kamulah pematah hati terbaik yang pernah ku temui.
Begitu tenangnya kamu.
Sementara orang yang begitu mencintaimu, kau buat sekarat keadaannya.
Menunggumu lalu melupakanmu.
Mencoba bangkit dari keputusasaannya.
Mencoba tersenyum di atas perih hatinya.
Berusaha menata kembali hati yang kau buat berserakan.

Aku hanya ingin mengutarakan lelahku.
Mengungkapkan perasaan ,ketika upaya tidak lagi dilakukan.
Setelah kehadiranmu ,kau buat segalanya berantakan.
Aku, hatiku, hidupku.
Seketika berubah.
Dan membuatmu terlihat seperti pecundang.
Denganmu ,aku terluka.
Kamu ,selamat merasakan arti sebuah kehilangan terhebat.

Dari aku, yang kau buat benci di hati !

Resty Fajar Agustin 

Sabtu, 07 Oktober 2017

Dari aku, yang kamu buat mati di Hati.

Maaf dari aku, untuk aku yang tidak pernah sampai kepada aku. Aku yang telah membiarkan hatiku kamu porandakan. Dan aku yang telah memercayai hadirmu untuk aku pertahankan.

Sesal yang selalu menuduh cinta adalah penyebabnya. Sesungguhnya yang sia-sia itu adalah pertemuan kita. Kebesaran rasa dalam mencintai, memberi peluang untuk menyakiti. Seharusnya, kamu tidak perlu singgah jika tidak pernah sungguh. Dan jangan hanya mampu berlari, ketika telah membuat lara.

Benar. Memang benar.
Untuk saat ini tidak ada hati yang dapat kupercaya. Tidak ada kejutan hari ini, esok bahkan kemarin. Karena lusa, aku akan membiarkan orang lain mengacaukan hatiku dengan cerita barunya. Terlepas dari kamu.

Terimakasih untuk aku, dari aku yang selalu diabaikan oleh aku. Aku melihat hari ini dengan logika. Dan mengingat kemarin sebagai Fakta. Aku tidak ingin mengubah kemarin ku menjadi hari ini. Karena esok hanya sedekat matahari terbit dari Timur dan lusa secepat matahari terbenam di Barat.

Ragam hati yang tak pasti, dalam permainan yang melelahkan. Bukan ambisi, melainkan sifat egois yang tetap sama. Aku egois. Bahkan, lebih egois dari ego ku sendiri. Ya, egois untuk cepat melupakanmu. Karena melupakanmu adalah warna baru.
Aku berhenti !

Teruntuk kamu. Seseorang yang pernah menyinggahi hatiku dengan waktu tidak singkat. Terima kasih, kamu adalah cerita yang kelak tak akan pernah terbaca. Aku pastikan kamu adalah satu-satunya yang akan menyesali jalan cerita mu sendiri.

Semoga ada orang yang akan mencintai, menunggu dan berjuang untukmu sehebat dan sesungguh aku.
Kamu, selamat ditinggalkan oleh cinta yang sangat dalam!

Dari aku, yang kamu buat mati; dihati.


Resty Fajar Agustin

Permintaan Maaf(sekali lagi)

Aku yang berhasil melepaskanmu. Keberhasilan yang kini baru kugunakan meski telah terlampau lama. Kau tahu, terlalu sulit bagiku ...