Apa artinya bersama dan menjalin hubungan, jika hanya tidak ingin sendiri.
Salah yang selalu menghukum waktu ketika datang tidak tepat.
Sejujurnya, kamu lah yang tidak menghargai hadirnya.
Keegoisan hati untuk memilih, merubah rasa untuk membenci.
Sekiranya, jika tidak bisa memberi warna. Jangan pernah merubah warna aslinya.
Dan jangan pernah hadir, jika hanya berniat pergi.
Tidak. Tidak lagi menutup diri.
Sekarang ku biarkan hatiku berserakan.
Seperti keadaan pertama yang kau hancurkan. Berantakan.
Aku berhenti menghawatirkan apa yang bisa berjalan dengan keliru.
Dan memulai berpikir positif tentang apa yang bisa berjalan dengan lancar.
Pesan dari aku, untuk aku, dari yang telah aku pertanyakan.
Sehebat apapun rasa. Sepandai apapun kata.
Jika tuhan bilang tidak, aku bisa apa?
Aku tak bisa memaksa orang untuk menyayangiku,
hingga menjadi milikku.
Karena hidup adalah proses.
Bukankah ketika menunggu pasti ada yang datang?
Hingga ketika sudah datang pasti ada yang pergi.
Teruntuk kamu.
Orang yang tak pernah melihatku dalam tatap.
Tak pernah peka rasa dalam hati.
Namun selalu mengacuhkan dengan sikap.
Ku sematkan puisi terakhir ku dalam ingatan mu.
Puisi tentang keberhasilan melupakan.
Anggap ini adalah kenangan terindah, dari kisah yang begitu mengiris.
Semoga ada yang tepat untuk membantu menyembuhkan.
Kini, Benteng hatiku sedikit lebih tinggi bagi yang mau melompati.
Sebab berjuang tak pernah memikirkan berhasil.
Sekali lagi.
Ikuti kata hatimu.
Tapi, bawa otakmu bersamamu.
Seperti aku.
Kemanapun aku pergi.
Aku akan membawa hatiku.
Bersamaku.
Tentang aku, manusia egois dalam rasa.
Resty Fajar Agustin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar