Minggu, 22 Oktober 2017

Aku Puisi

Aku seperti sajak puisi dalam kesendirian.
Disaat yang aku kagum tak pernah mengerti isyarat hati,
Tak paham bahasa rasa.
Meski aku senandungkan setiap baitnya.
Hati terasa sulit untuk bernafas.
syair-syair rasaku seperti angin berlalu.
Membalut setiap rindu dalam rasa yang sendu.
Kini tak lagi berharga, bagaimana bermakna?
Kesimpulannya, Namamu tak pernah kalah untuk memenangkan hati.
Wajahmu tak pernah hilang dari pejaman mata.
Hadirmu yang aku rindu tanpa henti.
Ku ukir manis, hingga tak tega untuk merubahnya.
Seribu pelangi, sekalipun.
Resty Fajar Agustin

1 komentar:

Permintaan Maaf(sekali lagi)

Aku yang berhasil melepaskanmu. Keberhasilan yang kini baru kugunakan meski telah terlampau lama. Kau tahu, terlalu sulit bagiku ...