Seandainya bibir dapat berkata lebih banyak. Rasanya aku tetap tidak akan pernah sanggup untuk menuai kenyataannya. Maka biar kukatakan saja dalam hati. Biar saja kusimpan sendiri. Biar saja segalanya tersimpan rapi, tanpa kamu pahami dan beranjak pergi.
Seandainya matamu dapat membaca lebih banyak. Seharusnya ada ribuan makna yang sudah kamu mengerti apa dari ungkapan pancaran mataku ini. Telingaku ingin sekali mendengar kamu pun demikian memiliki rasa yang sama. Sayangnya, telingamu terlalu tuli saat kusiratkan itu melalui puisi agar kamu mengerti.
Kelak, barangkali aku yang harus berterima kasih pada dirimu karena telah membuat hati ini tidak lagi mati rasa. Atau berterima kasih pada diriku sendiri karena telah berusaha. Ternyata, tanpa disadari, kita sehebat itu dalam hal bekerjasama.
Untukmu, aku tidak pernah menyesal. Barangkali Tuhan dan semestanya punya cara dan cerita lain di mana kita hanya bertemu tanpa menjadi pemeran utamanya. Aku tak pernah menyesal untukmu, karena suatu saat kamu mungkin akan senang telah dicintai oleh manusia yang terlalu keras kepala seperti aku.
Kini biarkan semua berjalan seperti seharusnya. Seperti kita yang harus berpisah menyusuri jalan masing-masing.Kerja sama kita telah usai. Barangkali hanya aku yang akan menunggumu menawarkan perjanjian jangka panjang atau bahkan perjanjian seumur hidup denganku. Sedangkan kamu, telah membuat perjanjian baru dengan seseorang berupa lembar baru.
Apa pun itu, aku bahagia. Ku rasa tidak ada yang harus disesali dari setiap pencarian jati diri menemukan Cinta sejati. Ku rasa tidak ada yang harus dipertahankan dari sebuah hubungan hambar yang tidak tahu menuju ke mana. Ku rasa tidak ada yang harus diperdebatkan mengenai siapa yang "pergi" dan "tetap tinggal", karena sesungguhnya kita tidak pernah kemana-mana.